I made this widget at MyFlashFetish.com.


20 November 2009

stop

okay, gue mulai berubah garagara tragedi mengenaskan yang menewaskan sejuta molekul ruh yang gue gatau tepat adanya dimana. yang jelas ada di gue. berkaitan dengan posting yang lalu.

gue terbang tinggi dan dibanting ke bawah sampe pecah kayak genteng di sekolah gue (?) ya gue juga bingung. gue termasuk orang yang punya pendirian. iya atau nggak. tapi seseorang yang gue kagumi itu ternyata jadi agak membuat gue bingung. eh tapi gue punya sebuah kerangka cerpen yang tibatiba gue karang dengan sendirinya.

ada seorang gadis bernama Mirable. ia memiliki seorang sahabat yang menyenangkan. tak lama, Mirable mulai merasakan sesuatu yang aneh. ada saos tomat di pipinya kalau mengingat sesuatu. dan berbagai hal aneh lainnya. the magic words has been spelled and Mirable said yes. but...

oke sisanya gue ga kuat ngelanjutin. sorry, guys. jadi gue musti stop semuanya sebelom merubah diri gue seluruhnya jadi saras 008 haha :D

keep smile pren

18 November 2009

hard to say

sebenernya gue pengeeeeen banget cerita tentang soulnation dan hal-hal seru lain yang belom gue ceritain disini. tapi ada satu hal yang kayaknya bikin mood buat nulis semua itu ilang: rasa kagum. ya, gue sedang mengagumi seseorang. dia bukan yang seperti gue bayangkan.

lihatlah kriteria cowok keren dan fakta kondisi "seseorang" itu
bisa main alat musik? paling mukulin kaleng doang haha. ganteng? kayaknya nggak. anak basket? bukaaaaan. cowok item? nyeh, bukan. tinggi? nggak juga.

tapi lihat yang satu ini
pinter? sure. baik? bangeeeeet. perhatian? yes (atau gue-nya ke-geer-an). lucu? menurut gue iya, but not physically.

haha gue mulai sadar bahwa ini saatnya gue membuka sisi lain dari diri gue. ketika gue mengagumi seseorang gue bingung harus ngomong ke siapa because gue ga mau orang lain tau. tiap ditanya tentang dia gue pasti menjawab dengan judes atau bahkaaaaan gue pura-pura melengos. munafik? ya, pasti. tapi kayaknya itu wajar deh, hampir setiap orang kayak gitu (nyari alesan hehe).

pokoknya intinya seperti itu: gue kagum sama dia, sama kebaikannya, sama kepinterannya, sama jokesnya. yah, gue gabisa cerita terlalu banyak juga sih disini, takut ada kontroversi haha.

keep smile pren
NB: cerpen yang di postingan sebelomnya masih cacat. jadi maap maap aja kalo banyak kata-kata yang aneh hehe

16 November 2009

cerpen bikinan aye

Hei kawaaan. Gue dapet tugas buat bikin cerpen and this is it! Selamat mebaca :D

Teledor

Siang ini cukup panas dari biasanya, mungkin pertanda akan hujan, kataku dalam hati. Ah, berjalan di tengah hujan sudah menjadi makananku sehari-hari sekarang. Jarak antara rumahku dan sekolah sebenarnya nggak terlalu jauh sih, tapi aku harus mengambil jalan memutar karena tidak ada angkutan lain. Ada dua jalan menuju rumahku. Pertama, naik angkutan umum sebentar, lalu naik ojek. Kedua, naik angkutan, lalu berjalan kaki melewati pasar sampai ke rumah. Aku akhirnya mengambil pilihan kedua karena hari ini uang sakuku yang tersisa nggak cukup buat naik ojek.


Ohya, sedikit bercerita tentang hal-hal yang terjadi di sekolah, hari ini aku lupa membawa buku tulis matematikaku. Entah kenapa bisa tertinggal, padahal aku merasa sudah memasukkan buku tersebut ke tasku. Ya sudahlah, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Toh, aku tidak, atau mungkin belum mendapatkan hukuman dari kelakuanku itu. Lupa akan sesuatu terlalu klasik di hidupku. Mamaku sering berkata bahwa aku teledor atau pelupa dan menasihatiku untuk merubah kelakuan itu, tapi masih saja sering terjadi.


Kembali ke saat pulang sekolah, aku pulang bersama temanku, namanya Asti. Sebelum sampai di pos angkutan umum, hujan deras pun mendera. Tuh kan, hujan. Aku dan Asti akhirnya ambil resiko untuk berjalan, atau lebih tepatnya berlari menerjang hujan karena kami ingin lekas sampai di rumah. Baru seperenam perjalanan, hujan pun dihiasi kilat. Oke, ini saatnya berteduh. Sekecil apapun hujan, kalau dihiasi kilat, aku tak mau ambil resiko.


Semenit, dua menit, lima menit, perutku mulai terasa panas. Aku lapar, begitu juga dengan Asti. Kebetulan, tak jauh dari tempatku berteduh, ada warung bakso yang enak dekat pasar. Asti pun mengajakku ke tempat itu. Sampai disana ternyata tokonya tutup! Karena benar-benar lapar, Asti sibuk memutar kepalanya mencari toko yang menjual makanan yang murah. Entah itu warteg atau warung asongan, yang penting makanan.


Tiba-tiba, mata Asti tertuju pada toko penjual kue kering, dan bahagianya ia ketika melihat ada tulisan 2000.


“Dhia, beli kue disitu aja yuk.” katanya padaku.

“Emang mau beli berapa? Bukannya harus beli kiloan ya?” jawabku.

“Nggak kok, itu ada yang dua ribuan.” Kata Asti seraya menunjuk tulisan 2000 di kaca lemari toko.

“Beneran dua ribuan?” tanyaku tak yakin.

“Ya sekalian tanya aja. Udahlah, gue udah laper banget nih!” kata Asti lagi.

“Ya udah, gue ikut aja.”


Akhirnya kami berlari kecil ke toko itu. Hujan masih stabil, tetap deras. Sampai di toko, Asti langsung bertanya kepada sang penjual dan ternyata harganya benar, dua ribu saja! Setelah memilih-milih kue apa yang akan dibeli, aku memilih kue manis berbentuk kotak-kotak kecil favoritku yang sampai sekarang aku masih belum tahu namanya dan Asti membeli keripik pisang. Lalu kami memakan kue itu di etalase toko yang terletak tepat di sebelah toko kue tadi.


Setengah kemasan telah habis, aku mengambil tempat minum di tasku karena rasanya tenggorokan ini seret banget. Tak lama setelah itu, Asti mengajakku untuk melanjutkan lagi perjalanan pulang. Hujan masih deras, tapi sudah tak ada kilat, jadi aku setuju dengan usulan Asti.


Aku basah kuyup ketika sampai di rumah. Untung buku-buku pelajaran sudah kumasukkan ke dalam plastik. Kalu tidak? Wah pasti buku-buku itu nggak ada bedanya denganku. Setelah berganti baju, aku nggak langsung mandi karena malas. Kayaknya lebih asyik kalau nonton televisi sekaligus update tentang berita yang sedang ramai dibicarakan banyak orang: KPK vs Polri. Mungkin banyak yang berpikir berita itu adalah santapan orang-orang yang berumur 20 tahun ke atas, tapi bagiku berita ini menarik.


Ketika sedang berleha-leha, pembantuku menanyakan tempat bekalku agar ia dapat mencucinya dengan segera. Setelah mengambil tempat bekal di tasku, pembantuku menanyakan dimana tempat minumku. Setelah mengingat-ingat, ternyata tempat minumku tertinggal di etalase toko tadi! Ya Tuhan, betapa teledornya aku!


Dengan kecepatan kuda, aku mengambil jaket dan sepeda lalu bergegas mengayuh ke arah pasar. Aku tak perduli lagi dengan pakaian yang melekat di badanku. Setelah kusadari di tengah jalan, aku hanya memakai celana pendek dan kaus biru oblong, untungnya masih ditutupi jaket. Dan kabar yang lebih “menggembirakan” lagi, hujan masih turun dengan derasnya.


Crass crass! Suara air dari kubangan sepanjang jalan menjadi musik yang mengiringi film laga yang sedang kumainkan. Sayang, itu terjadi hanya dalam bayanganku. Kenyataannya, ini kehidupan nyata dan aku sedang tidak bermain dalam film laga. Aku begitu panik karena takut tempat minum itu tak berada di tempat yang seharusnya. Aku telah menghilangkan dua tempat minum pemberian mamaku yang harganya tidak murah. Entah apa yang terjadi kalau itu terjadi untuk ketiga kalinya.


Setelah sedikit berkhayal tentang film laga tanpa mengurangi kecepatan, aku kembali fokus pada tempat minum itu. Aku harus cepat sampai sebelum tempat minum itu raib. Ya, harus! Kecepatanku tak kukurangi sama sekali. Rem pun tak kusentuh. Dan lagi-lagi, hujan masih tetap turun dengan derasnya. Oh, indah sekali.


Ketika sampai di etalase toko tersebut, betapa bersyukurnya aku melihat tempat minumku masih tergeletak manis disana. Peluk dan cium untuk tempat minumku tersayang. Kakiku terasa bergetar karena lelah mengayuh. Kuputuskan untuk berdiri di toko itu sejenak sambil menunggu kalau-kalau hujannya reda. Lagi dan lagi, hujan itu tetap turun dengan derasnya.


Terbesit bayang tentang rumahku yang hangat dan tenteram, aku pun mengayuh dengan kecepatan tinggi menuju rumah. Kupegang erat-erat tempat minum biru kesayanganku itu. Dalam hati, aku bertekad untuk menghilangkan sifat teledorku ini agar tak merugikanku.


Eh, dipikir-pikir, kayaknya bagus juga punya sifat teledor. Kejadian-kejadian seru yang diakibatkan oleh sifat tersebut memberiku inspirasi untuk menulis cerpen. Lumayan, kan?


NB: based on true story of my life

keep smile pren